gmbr dari sini
*Kalau punya mobil, udah boleh sombong*
Kata diatas sebetulnya bukan sebuah pernyataan, melainkan
sebuah pertanyaan meski tanpa tanda tanya. Iya, pertanyaan itu sempat
melayang-layang dibenakku pagi tadi. Tentunya bukan tanpa sebab, jadi ceritanya
tadi pagi aku pergi ke pasar untuk membeli beberapa keperluan. Dan salah satu
hal yang ingin aku beli, mengharuskan aku melalui jalanan pasar tradisional
yang penuh sesak dengan kendaraan. Jajaran kendaraan umum maupun kendaraan
pribadi itu terhalang pedagang-pedagang yang menjajakan dagangannya di
sepanjang jalanan pasar. Belum lagi, mobil-mobil besar yang sedang menurunkan
barang pesanan toko-toko membuat jalanan semakin menyempit. Tak perlu hiraukan
para supir angkot yang berhenti sesuka hati demi berlembar-lembar uang ribuan
lusuh, itu sudah menjadi hal biasa. Sebetulnya aku bisa saja tidak melewati
jalanan ini, tapi jaraknya jadi lebih jauh lagi.
Aku sendiri dari tadi sudah berhasil melewati beberapa
mobil, menggunakan sepeda motor memang jauh lebih leluasa bergerak ya? Disaat
ada sedikit saja celah untuk masuk, pengendara motor lain dengan cekatan
menjalankan aksinya. Sementara aku masih terhalang satu pengendara motor lain,
dan tanpa sengaja motorku 'mencium' (sebetulnya mengenai, tapi terkesan menabrak) mobil mewah berwarna putih
yang sedari tadi ada di depanku. Coba aja bayangkan, gak mungkin jugakan aku
menabrak mobil dengan kencang dalam keadaan macet seperti itu? Lagipula, aku
bukan menabrak, hanya saja motorku berhenti terlalu depan. Sehingga spakbor
motorku menempel sedikit ke bagian belakang mobilnya.
Dan kalian tahu apa? Si
empunya mobil langsung membuka pintu mobilnya dan menunjukan muka tak
bersahabatnya. Aku gak sempat dengar jelas apa yang dia ucap pertama kali, aku
hanya berusaha menjelaskan kalau mobilnya terkena motorku sedikit, sambil minta
maaf tanda aku mengakui kesalahanku. Dan dengan nada yang masih tinggi dia
bilang, "Kenapa enggak kenceng aja
sekalian?", Aku cuma diem aja, kalau aku jawab bisa nambah panjang
urusannya, pikirku.
Sebelum kejadian itu, aku juga sempat memperhatikan kaca
belakang mobilnya. Terdapat gambar tentara dengan tulisan yang kurang lebih
seperti ini, "Harus berani perang kalau mau damai". Lagi lagi dalam hati aku
bilang, gimana mau damai kalau keadaannya perang. Hehehe. Jadi, aku mulai
berpikir kalau yang punya mobil mungkin tentara, belum lagi sewaktu aku
dimarahi, aku sempat melihat topi tentara di dekat stir mobilnya. Takut? Jelaslah,
karena memang aku salah bukan takut karena melihat topi tentara itu, bukan sama
sekali.
Setelah kejadian peneguran yang kurang mengenakan hati itu. Bapak
pengendara motor Mio putih yang sedari tadi ada di sebelahku, mencoba
menenangkanku dengan berkata "Gak apa-apa neng ya mobilnya" dan aku hanya bilang "iya pak, padahal kalau gak mau lecet mobilnya jangan dipake jalan ya",
candaku.
Aku tahu sih, memang kalau mobil lecet sedikit, biayanya
pasti tidak sedikitkan? Tapikan namanya mobil dipakai jalan, harusnya jadi hal
yang wajar kalau lecet-lecet sedikit. Bisa ajakan pas lagi parkir, terus kena
apa gitu sampai mobilnya lecet.
Lantas aku mulai berpikir, apa iya harus selalu seperti itu
ekspresinya?
Tiba-tiba saja aku teringat kejadian beberapa tahun lalu,
kejadian yang nyaris sama.
Waktu itu aku mendampingi sepupuku yang sedang giat
melancarkan kemampuannya berkendara sepeda motor. Karena aktifitas sehari-harinya
kuliah, jadi rute yang kami lalui hanya sebatas dari rumah sampai kampus, yang
jaraknya bisa dibilang jauh juga. Aku dengan motorku dan dia dengan motornya.
Alhamdulillah kami sampai kampus dengan selamat, aku lihat dia juga sudah mulai
lancar mengendalikan motornya. Sayangnya diperjalanan pulang, saat aku telah
mendahului kendaraan di depanku, saudaraku ini mungkin terlalu cepat mengarahkan
motornya ke sebelah kiri, itu berakibat motornya "mencium" kaca spion milik
mobil yang akan di dahului. Aku yang melihat kejadian itu lewat kaca spion motorku, sontak
memarkirkan motor di pinggir jalan. Pun dengan sepupuku, ia bergegas menepi.
Lalu kulihat pemilik kendaraan keluar dari mobilnya. Sepertinya ia akan
memarahi sepupuku, tapi beruntungnya setelah kujelaskan jika sepupuku ini baru
belajar berkendara, iapun memaklumi. Lantas tersenyum dan berkata, "lain kali
lebih hati-hati ya"
Mengingat kejadian itu, aku pun sadar, mungkin memang seperti
itu reaksinya, kalau barang milik kita yang harganya ratusan juta, tersentuh
bahkan terancam hilang kemulusannnya oleh oranglain. Meskipun yang tergores itu
sedikit, bahkan meski yang tersentuh itu hanya bagian kaca spion yang bergeser beberapa
mili dari tempatnya semula.
Harap maklum, aku belum pernah memiliki sesuatu semahal itu,
jadi aku enggak tahu pasti rasanya seperti apa. Kalau membayangkan saja,
rasanya sih iya, akupun demikian tidak rela.
Dan kemudian, muncul pertanyaan itu dalam diriku. Apa jika
suatu saat nanti, jika Allah memberiku kesempatan memiliki barang mewah semacam
mobil, kemudian ada orang yang dengan cerobohnya memberi goresan kecil pada
mobil itu, apa aku juga harus semarah itu? Apa aku harus sesombong itu?
Menampik kesadaran bahwa itu adalah sebuah ketidaksengajaan.
Sepanjang perjalanan pulang, aku terus bertanya akan hal
itu. Disela waktu memahami kejadian pagi itu, sempat-sempatnya aku berpikir
kalau semua yang mengendarai mobil pribadi, terlebih mobilnya bagus pasti marah
juga kalau tanpa sengaja kaca spionnya aku sentuh. Lalu aku? Mungkin ini
peringatan buatku.
Mungkin tanpa aku sadari, pernah ada hal yang aku lakukan
bernilai kesombongan buat oranglain. Atau dengan kesadaran penuh, justru aku
berbangga hati menyombongkan diri. Seakan tidak pernah berpikir jika
kesombongan dapat membuatku terhina di dunia, dan pasti celaka di akhirat.
Masih teringat jelas kesombonganku semasa SMP dulu, saat aku
sering kali mangkir dari tugas utamaku sebagai pelajar. Terutama saat pelajaran
bahasa Arab tiba, merasa sudah tidak perlu lagi mendengarkan penjelasan guru.
Aku dengan santainya, memasang earphone di telinga yang terhalang kerudung lalu
mengalunkan beberapa musik yang ada di playlist handphone-ku, tanpa mempedulikan
guru baik hati yang sedang menyalurkan ilmunya di depan kelas. Dan dengan
bangganya, aku bilang jika SMA nanti, aku enggak akan bertemu dengan pelajaran
bahasa arab lagi.
Saat SMP, sekolahku memang memiliki pengajaran dasar agama
islam yang lebih dari sekolah biasa lainnya. Dan aku berniat jika SMA nanti, akan mendaftar di sekolah
biasa. Atas dasar itu, aku sombong berkata jika SMA nanti aku tidak akan
bertemu lagi dengan pelajaran bahasa arab.
Setelah masuk SMA biasa, nyatanya kesombongan semasa SMP itu
hanya berbuah penyesalan. Penyesalan yang luar biasa, penyesalan yang masih
terasa dampaknya sampai saat ini. Ternyata, saat tahun ajaran baru angkatanku
dimulai, setiap sekolah wajib memiliki pelajaran tambahan bahasa asing selain
bahasa inggirs. Yang akhirnya, sekolah SMA ini memilih bahasa arab sebagai
pelajaran tambahannya. Nyaris tidak aku percaya dan keadaan berkebalikan,
pelajaran bahasa arab jadi salah satu pelajaran yang aku minati. Saat ada
diskusi dipelajaran bahasa arab, aku kebagian pertanyaan dari guru tersebut.
Malangnya, pertanyaan itu adalah pelajaran yang sempat aku lewatkan semasa SMP
dulu. Malu luar biasa, asli malu banget. Kalau teman-teman yang lain enggak
bisa jawab sih rasanya wajar-wajar aja, karena mungkin baru dibangku SMA ini
mereka bertemu pelajaran bahasa arab. Sedangkan aku? Kan udah pernah, jadi
hasil belajar bahasa arab semasa SMP apa? Nihil.
Dan pasti masih banyak lagi kesombongan-kesombongan lain yang
sering timbul, baik lewat perkataan, perbuatan, ataupun perasaan. Semoga
kejadian hari ini membuatku lebih bisa bermawas diri. Syukur-syukur bisa
melunturkan rasa sombong yang kerap hadir meski hanya sekecil debu. Karena
ternyata, kesombongan merupakan dosa yang pertama kali terjadi. Orang muslim
tentulah tahu cerita tentang Ibilis yang enggan bersujud pada nabi Adam ‘alaihi
salaam, dan itu dikarenakan sebuah kesombongan. Nauudzubillah min dzalik,
semoga kita senatiasa dijauhkan dari sikap sombong, Aamiin.
Artikel ini diikutkan sebagai peserta Fiesta Tali Kasih Blogger 2013 BlogS Of Hariyanto - Masuk Neraka Siapa Takut !!!???
Alhamdulillah, terimakasih sudah berkenan berpartisipasi,dengan ini resmi terdaftar sebagai peserta....
ReplyDeleteserba salah juga ya...punya mobil salah, nggak punya mobil salah, tapi yg penting saat ekonomi kita menanjak kita nggak pernah lupa utk selalu melihat ke bawah,,,dengan demikian kita tidak akan terjebak dalam arogansi kekayaan yang bisa membutakan nurani kita..... salam santun dari Makassar :-)
Sama-sama om ^^
DeleteIyah betul om, yg plg penting senantiasa bersyukur ya..
sombong merupakan penyakit hati yang semestinya kita obati dengan berzikir...
ReplyDeleteyupp.. betul banget (y)
Deletekisah yang patut kita ambil hikmahnya mbak.. semoga kedepan kita lebih hati2 lagi aamiin
ReplyDeleteAamiin :)
DeleteSifat sombong harus kita hindari karena kebanyakan orang akan membenci kita karena sifat sombong
ReplyDeletesetujuu (y)
DeleteDapet pelajaran berharga kali ini. Semoga kembali bermanfaat. Hindari sombong, yuk.
ReplyDeleteyuk :)
DeleteIkut ahh
ReplyDeleteiyaa, ayoo ikutan yaa :)
Delete"Marah" bukan berarti sombong, mbak. Hehe
ReplyDeleteKondisi macet bisa membuat orang lebih galak dari biasanya. Hahaha
Sekalipun sebaiknya memang tidak semarah itu. Bicarakan baik-baik, cari solusi. Saya rasa lebih terhormat. Apalagi kalau ternyata mobilnya tidak kenapa-napa. Keep Smile... :D
Kirain kalo marah salah satu tanda orang sombong kak :) salah ya, hihiii
Deleteiya harusnya sih gitu yaaa...
aamiin.. semoga kita dijauhkan dari sifat sombong :)
ReplyDeleteaamiin ^^
Deleteeh, sombong itu temannya ayam lho. percaya nggak...?
ReplyDeletehmm, iyaakah ? o.O?
Deletekok bisaaa ? :D
manusia itu tidak boleh sombong. berarti kalau sombong itu manusia apa bukan?
Deletemaka yang sombong layak dijadikan temannya ayam kan? he...7x
tulisanku untuk pkk warung blogger:
http://matahati.blogdetik.com/2013/11/04/cerita-abg-cerita-abg-anakku/
hehe iyaa juga sih ya :D
Deletekereen mas (y)
kirain saya blog itu yg punyanya cewe,hehe
maaf lhoo yaa ^^
hooo~ iya sih emang..
ReplyDeletekalau sudah marah kadang segalanya jadi diluar kendali >.<
iyaaa ka, mengendalikan marah tuh emang susah yaa >.<
DeleteSemoga kita selalu menjadi pribadi yang rendah hati ya ^^
ReplyDeleteAamiin ^^
Deletesifat sombong akan membawah celaka pada diri kita sendiri.
ReplyDeleteternyata punya mobil enak nggak enak ya..:D
iya betul bangett..
Deletepunya mobil? udah psti enak dong, hehe --v
Yang soal mobil mewah itu, yah wajar mereka marah. Aku juga pernah mengalami. Itu waktu notebook hasil kerja kerasku itu rusak. Sumpah dongkol, apalagi itu alatku buat berkarya. Mungkin si empunya mobil merasa marah gitu, karena mobilnya punya value yang hanya bisa dia lihat; atau yah itu mungkin pembawaannya.
ReplyDeleteiyaa, atau mungkin juga itu mobil pinjeman jadi takut dimarahin yang punyaaa, hehe --v
Deleteyaa emang wajaar bnget kalau marah, cuma ekspresinya itu lhoo yang 'lucu' :D