Alkisah, disatu masa ada seorang Ibu menangis terisak memandangi keadaan putrinya yang sangat menyedihkan. Putri satu-satunya, yang susah payah ia perjuangkan untuk hidup, membuat pernyataan yang menusuk di hatinya. Pernyataan tentang satu takdir yang saat itu tidak diterimanya, ia bertanya, kenapa ia terlahir sebagai perempuan...
Jujur, berat buat aku mengingat kenangan ini. Aku lupa kapan persisnya kejadian diatas, tapi yang pasti setiap kali mengingat ini, deraian air mata yang turun seolah ikut mengingatkan aku pada semua luka yang pernah aku coretkan di hatinya. Bukan, ini bukan kali pertama aku membuatnya menangis. Bahkan aku ingat betul, betapa menyebalkannya seorang Ranii kecil. Seorang anak yang semaunya sendiri, keras kepala dan pemarah, yang sering membuat sang Ibu harus sering-sering mengelus dada dan menghela nafas panjang berharap sabar.
Pernah satu waktu, Ibu dan beberapa tetangga rekreasi bersama ke Kebun Raya serta merta membawa anak masing-masing, di jalan aku membuat ulah. Aku ngambek karena ada satu keinginanku yang tidak dipenuhi Ibu. Dan saat itu Ibu sampai bilang, Ibu nyesel ngajak main, bukannya bikin seneng tapi malah kaya gini... Bahkan, seorang tetangga sampai menyarankan Ibu agar membawaku pada orang 'pintar' agar sifat jelekku itu bisa hilang. Tapi Ibu gak pernah melakukannya sekalipun.
Belum lagi, sifat egois yang seringnya menguasai diri, yang tak jarang membuat aku dan Ibu berselisih paham. Aku dengan maha benar pemikiranku sendiri, seolah merasa pantas untuk marah padanya, pada seorang Ibu yang seharusnya aku hormati dan aku patuhi kata-katanya.
Lebih parahnya, bukan hanya pernah membuatnya menangis, aku bahkan pernah memadamkan cahaya dalam hatinya, membuat dunianya gelap seketika. Aku sendiri yang telah menyeretnya masuk kedalam sebuah kesalahan, tapi ia tidak pernah sedetikpun melepaskan genggaman tangannya. Meski gelap dalam hatinya, Ibu gak pernah berhenti berjuang menyelamatkanku, menyelamatkan hidupku yang nyaris ingin kuakhiri saja saat itu. Memang, Aku sangat terlambat untuk menyadari ini semua, betapa selama ini aku telah keliru. Selalu menudingnya tak menyayangiku hanya karena ada satu inginku yang tak ia penuhi. Tapi, kenyataan berteriak lantang padaku, bahwa seburuk apapun keadaan seorang anak, seorang Ibu gak akan pernah membiarkan anaknya sendiri. Gak akan pernah..
Saat-saat melewati titik terendah itulah aku menukil pertanyaan dalam hatiku, terbuat dari apakah hati seorang Ibu? Kenapa ia masih memperjuangkan aku yang sudah sangat mendurhakainya ini? Kenapa ia malah menolong anak yang telah mengkhianatinya? Kenapa hatinya begitu keras, sampai semua tempaan dosa yang pernah kubuat tak pernah melunturkan kasihnya?
"Ibu cuma punya Ani di dunia ini, gitu juga sebaliknya. Jadi kita harus sama-sama terus"Terbayang gimana menyesalnya aku pernah mendurhakainya sedemikian rupa, tapi ia tetap ingin aku ada disampingnya. Bahkan, ia selalu merasa yakin dalam hatinya, jikapun nanti aku menikah, aku dan Ibu akan tetap sama-sama. Entahlah, tapi yang pasti aku juga punya harapan yang sama.
Dan pertanyaan konyol yang pernah kutanyakan pada Ibu sampai membuatnya menangis itu, perlahan mulai aku sadari sendiri jawabannya. Kenapa aku terlahir sebagai perempuan? Karena dengan menjadi perempuan, aku punya kesempatan untuk menjadi seorang Ibu. Iya, semenjak kejadian tempo hari, aku sering terkagum-kagum dengan kebesaran hati yang dimiliki para Ibu. Masih sering terpesona pada seorang Ibu dengan kelapangan hati yang tak bisa diukur, yang gak pernah membatasi stok sabar yang ia miliki, dan tentu yang maha luas pemaafannya untuk sang anak.
Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan: Hati Ibu Seluas Samudera
:') itu juga kata2 Mama, katanya semangat hidupnya adalah saya, jadi beliau pengen sama saya terus selagi saya belum nikah. tapi sayanya yang pengen merantaaaauuuu terus >.<
ReplyDeleteterbuat dari apa yaa hati ibu? indahnyaaa...
aku juga sama kak, suka pengen merantau tapiii bener2 gak tega kalau harus ninggalin Ibu, lagian kan kalau kita pergi tapi Ibu kita inget terus, pasti bawaannya pengen pulang aja deh ka..
Deleteaaahhh sedih bgt bacanya ran, sebagai anak bnyk bgt kesalahan yg sdh kita perbuat ya, astaghfirulloohh T_T
ReplyDeleteiyaaa ka, menyadari banyak dosa sama Ibu emang selalu bikin nangis yaa ka, saking banyaknya dosa kita :'(
DeleteSemenyesal apapun pd yang sudah lewat, masih banyak kesempatan untuk membahagiakan beliau. Sejak ibu wafat baru saya fahami, sayangnya adalah maaf seluas samudra, syukur saya hanya setetes.
ReplyDeleteIya mak, insyaAllah gak akan aku sia2in lagi kesempatan yg ada buat bahagiaain Ibu, selagi ibu masih ada :')
Deleteibu memang luar biasa, sabaar hatinya nggak berbatas..
ReplyDeletesukses kontesnya mba
iyaa kang, luarr biasa emang seorang ibu tuh,,
Deletemakasih yaa ^^
Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam Kontes Unggulan : Hati Ibu Seluas Samudera
ReplyDeleteSegera didaftar
Salam hangat dari Surabaya
sama-sama pakde :)
DeleteAh.. kalau mengingat ibu... tak ada kata yang sanggup menggambarkannya :')
ReplyDeleteiyaa ka, ini aja susah banget merangkai kataanya hikshiks
Deleteah...bicara ibu mesti pengen nangis kangen ama ibu jadinya di rumah, belum pulang kampung hampir 2 bulan...hiks
ReplyDeleteiya mbak, ngomongin ibu saya jadi kangen sama ibu saya di kampung, mbak mah baru juga 2 bulan, saya mah dari abis lebaran idul fitri blom pulang kampung lagi
Deleteka Dwi dan mas marnes ayo segera pulang, ibunya pasti lagi kangen juga :D
DeleteIbu selalu berhati mulia, yg Beliau ingat hanya kemanisan2 kita saja, makanya kasihnya gak pernah lekang oleh usia
ReplyDeleteiyaah ka bener bangeet.. karena kemuliaannya yah yg bikin cuma hal2 manis yang ia ingat :')
DeleteAih Ranii...kamu anak tunggal rupanya :')
ReplyDeleteIbu cuma punya Ranii satu2nya di dunia. Kasih sayangnya pasti luar biasa buat kamu. Salam buat ibunya yaa :)
iyaa mak Inna..
DeleteinsyaAllah nanti disampein salamnya :))
Mbak Ranii ... yang lalu biarlah berlalu. Sekarang saatnya berbakti kepada ibu. Semoga sukses GA-nya.
ReplyDeleteIya mas, makasih ya ^^
DeleteLuar biasa artikelnya Mba Ani ini. Kalau saya jadi JURI lombanya sudah saya nominasikan untuk jadi Juara I nya. Subhanallah. Keren mba Ani. Sukses terus ya. Semoga berhasil. Good luck
ReplyDeletemakaaasih yaa kang Asep, doain yaaa :D
Delete:) Bagus..
ReplyDeletemakasih yaaa :))
DeleteIbu adalah seorang perempuan yang istimewa...
ReplyDeleteBuat mbak Rani semoga sukses ya :)
iya, makasih ya ^^
Deletebaca ini jadi kangen ibukku mbk,hickz...cinta ibu sepanjang masa^^
ReplyDeleteiya ka, gak bisa tergantikan yah
DeleteGood luck dengan GAnya :)
ReplyDeleteYour mom is amazing :)
thankyou :))
DeletePeran dari seorang ibu mmg takkan pernah bs tergantikan.
ReplyDeleteSukses utk GA-nya !
iya betul banget mas,
Deletemakasih ya ^^
ibu sungguh luar biasa perjuanagannya untuk anak-anak tercintanya, tidak ada yang bisa menggantikan kasih sayang ibu :) . salam perkenalan ya
ReplyDeleteiya ka betul sekali :))
Deletesalam kenal juga ya ^^
Peran seorang ibu sangat besar, tiada duanya...tanpa belas kasihnya mungkin saya tidak bisa seperti ini.. mungkin nanti mba rani bisa merasakannya jadi seorang ibu :)
ReplyDeleteIya, insyaallah kalau dikasih kesempatan, pengen banget ngerasain jadi seorang Ibu :D
Deletehati ibu terbuat dari kelembutan,kesabaran, keikhlasan dan maaf....hiks ;(
ReplyDeleteiya ka, bener banget..
DeleteSahabat tercinta,
ReplyDeleteSaya mengucapkan terima kasih kepada para sahabat yang telah mengikuti Kontes Unggulan Hati Ibu Seluas Samudera di BlogCamp. Setelah membaca artikel peserta saya bermaksud menerbitkan seluruh artikel peserta menjadi buku.
Untuk melengkapi naskah buku tersebut saya mohon bantuan sahabat untuk mengirimkan profil Anda dalam bentuk narasi satu paragraf saja. Profil dapat dikirim melalui inbox di Facebook saya tau via email.
Terima kasih.
profil sudah dikirim yaa pakde :))
DeleteHaduh Mak, sy jadi merasa dosa ke ibu banyak banget.
ReplyDeletehuhuhuhu kangen mama baca ini huhuhu
ReplyDelete