Cerita sebelumnya di sini..
Foto milik mas Ahyar diambil dari blognya di sini |
Langit mulai gelap saat aku dan beberapa peserta memasuki imah gede untuk memenuhi panggilan makan malam. Di meja prasmanan, aku melihat ada 3 boboko (tempat nasi dari anyaman bambu) berisi 3 jenis nasi. Amazing! Ada nasi putih, nasi merah dan ada juga nasi hitam yang keungu-unguan. Untuk temen nasi-nya, gak main-main, ada sop kambing, sate kambing, sate ayam, acar, sayur asem, ikan bakar, ikan teri garing, sambel dan lalabannya ada daun pohpohan juga daun reundeu, dan ada juga setoples besar kerupuk di ujung meja. Huaaaa, rasanya pengen banget nyicip semua makanannya, tapi karena terlalu sulit untuk mengabaikan sambel yang sangat sangat menggoda, akhirnya aku cuma ambil ikan teri garing, sambel, daun pohpohan, 2 tusuk sate, dan juga kerupuk tak lupa aku angkut ke dalam piring. Sungguh, jamuan yang luar biasa dari Abah sama Ambu. Bener ya ternyata, makanan yang dimasak pake hawu (tungku kayu bakar) kadar enaknya jadi 2 kali lipat, berasa nikmat banget makan di sana tuh.
Dogdog Lojor |
Bukan cuma jamuan makan malam yang istimewa, di sini kami juga dijamu dengan hiburan pertunjukan Dogdog Lojor, yang merupakan kesenian khas dari kesatuan adat Banten Kidul. Dulunya, Dogdog Lojor cuma setahun sekali bisa dipertunjukkan, yaitu pas acara seren taun (semacam syukuran atas keberhasilan panen yang didapat). Tapi sekarang, kesenian Dogdog Lojor bisa juga diadakan saat acara khitan, pernikahan atau acara kemeriahan lainnya.
Alat musiknya sendiri, berupa dogdog lojor (gendang, berbentuk tabung panjang, yang kalau dipukul mengeluarkan bunyi 'dog-dog') dan Angklung buhun (semacam angklung cuma lebih besar, dan ini merupakan alat musik tradisional khas Kabupaten Lebak, Banten)
Para pemain yang terdiri dari 2 orang pemain dogdog dan 4 orang pemain angklung, bernyanyi diiringi kedua alat musik itu. Sejujurnya, suara penyanyi dan iringan musiknya sukses banget bikin aku (dan sepertinya yang lain juga) mengantuk, hehe. Usai mendayu-dayu dengan tiga lagu yang *nggg punya makna tersendiri dari masing-masing lagunya, penampilan ditutup dengan permainan ngadu dogdog, jadi tuh pemain yang megang dogdog, harus bisa mukul dogdog lawan. Dan itu bikin suasana jadi gak sengantuk sebelumnya, soalnya kita berasa dihibur, kan kocak liat orang perebutan usaha banget cuma buat mukul dogdog lawan.
Persiapan Jaipongan |
Usai pertarungan sengit mamang-mamang pemain dogdog lojor, acara masih berlanjut ke Jaipongan. Satu dua tarian lincah dari penari jaipong bikin suasana ramee lagi, bahkan beberapa orang ada yang naik panggung buat kasih saweran. Selain itu, panitia juga bikinin jagung bakar, mungkin maksudnya biar makin betah ya nonton jaipongannya sampai selesai.
Jam 10 malam acara benar-benar usai, ditutup dengan lagu pileuleuyan (semacam lagu perpisahan gitu).
Mugi tiasa patepang deui (semoga bisa bertemu lagi)
Ikut acara ini, kayanya aku wajib malu, soalnya sebagai orang yang lahir di tanah Sunda, bahkan darah Sunda mengalir di tubuhku, aku gak tau banyak tentang adat budaya Sunda. Jangankan adat budaya, ngomong bahasa Sunda (utamanya sunda halus) aja masih belepotan -_- keturunan macam apalah aku ini, hiks.
Beruntung banget bisa menginjakkan kaki di Kasepuhan Sinar Resmi berkat Dompet Dhuafa, aku jadi tau lebih banyak tentang adat budaya Sunda. Ada kebahagiaan tersendiri yang menyelinap ke dalam hatiku, saat tau kalau ternyata masih ada orang-orang yang memegang teguh adat dan kebudayaan suku bangsanya, ditengah-tengah banyaknya orang yang meninggalkan itu semua :')
***
Halo teman-teman, belum bosen kan bacain cerita aku? Semoga belum yaaaa,
soalnya cerita aku belum selesai, masih ada 1 lagi.. Tungguin yaaaa *berasa sok iya banget ada yang nungguin*
Salah dua sudut keindahan yang aku temui di Kasepuhan Sinar Resmi, Desa Sirnaresmi, Cisolok Sukabumi
Bersambung...
wah Masya Allah pemandangannya indah sekali, kak..
ReplyDeleteOya Aisyah jadi ingat Kampung Naga, pemandangan dan budayanya juga ga jauh beda..
Wah bagian bawahnya foto sawah apa pematang sawah ya. Heihiehie. Keren hijau Green gitu, Membuat betah siapa saja yang melihatnya
ReplyDeleteKalo suguhannya tari Jaipongan biasanya gag bikin ngantuk tuh.. beda misalnya kalau suguhannya tarian Jawa (Tengah/Timur).
ReplyDeleteNasi merah pake ikan teri garing itu sedap banget..apalagi hiburannya dogdog lojor…seru kayaknya dech….,
ReplyDeletekeep happy blogging always,,,salam dari Makassar :-)
headernya ganti lagi yaaa? manisss...layoutnya makin bagus ^^
ReplyDeletepengen jagung bakarnya deh, minta dong. hehe.
jamuan makan istimewa
ReplyDeletesajian pertunjukan menarik
dan lokasi disekitarnya juga nampak indah, masih alami
sempurna..
aaahhh,,,enaknya...makan2 terus ya dek Ran ini,,,eh tampilan blognya ada yg baru ya....
ReplyDeletekalau saya suka dengan satenya mbak dwi :D
DeleteBudaya yang harus dilestarikan ya mbak, terkadang saya miris melihat beberapa orang indonesia yang bangga dengan busaya luar daripada budayanya sendiri, hmmmm
ReplyDeleteAku juga orang sunda hehhee,,, tapi itu jagung bakarnya bagi dong -____-
ReplyDeletePerfecto... sajian alam, budaya dan kuliner yang mantabs
ReplyDeleteBalik lagi hyuuuukkk
ReplyDeletewahh jagungnya menggoda selera ehh.. hehe...
ReplyDeletepemandangannya hijau seger, musiknya pasti juga bikin damai, makanannya apalagi....wow klop banget ya Mbak :)
ReplyDeletesemakin banyak artikel yang dibuka semakin penasaran dengan tulisan tulisan yang lain.... kereeen, reportase yang disajikan dengan ringkas namun mampu membawa pembaca seperti saya seperti turut ada dalam ceritanya :D keren..keren...
ReplyDelete